Social Icons

Pages

Sunday, November 2, 2014

Promises

Tentang mereka yang menyimpan sebuah janji, mengharap pada sesuatu yang hanya bisa dirasakan, yang dipendam cukup lama. Entah mengapa tersimpan kebahagiaan dibalik rasa sakit ini, muncul perasaan lega didalam kenyataan pahit, dan merasa segalanya telah usai.. hanya tinggal memulai kembali dari awal semula. Terpikir bahwa segala kegagalan merupakan jalan lain, cerita lain tentang kehidupan bahwa kita tak selalu dapat menyatukan sebuah harapan dengan realita secara terus-menerus.

7 tahun bukanlah waktu yang begitu singkat bagi seseorang yang menyimpan sebuah harapan besar, menyembunyikan janji yang hanya akan disebutkan pada saat harapan itu menjadi nyata, atau bahkan pada akhirnya kita kembali kepada rasa cukup.. merelakan. Tidak ada rumus dan ilmu pasti mengenai cinta yang bertepuk sebelah tangan, mengenai cinta pertama pun begitu. Pahit dan indah hanyalah sebuah perspektif. Sebagaimana kadarnya yang membuat kita menjadi seperti orang gila, seperti hilang kesadaran pada umumnya, juga tidak begitu memperhatikan gejala yang ada di sekitar.

Ada yang hilang, lalu tersisa perih.. dimana kita dipaksa merelakan, seakan tidak berdaya melawan saat sebuah belati yang berkarat menghujam jantung. Setelah belati tersebut dicabut dari tubuh ini, masih ada karat yang tetap menempel di sana sehingga menjadikan potensi untuk sembuh semakin kecil apabila mampu bertahan. Dan itu, pada saatnya akan mengerti tentang sebuah kerelaan hati, akan memahami tentang banyak sekali hal yang tidak dapat kita miliki, dan melangkah pergi menghadapi itu adalah sebuah keharusan, terpaksa atau bahkan dengan kerelaan hati.
Penantian itu bukanlah sia-sia, meskipun berakhir dengan kekecewaan. Ternyata harapan tak selamanya berakhir indah, ada hal yang tidak bisa kita pahami jika bergejolak dalam sebuah perasaan yang begitu dalam.

Ada cerita tentang penantian panjang, butuh waktu lebih dari 7 tahun untuk dapat mengetahui apa akhir dari cerita itu, tentang penantian itu.
Minggu cerah menjadi kelabu, setidaknya pada suasana hati. Berniat baik dalam menjalani aktivitas tak melulu harus datar lalu tanpa cerita lain yang tertulis. Bahkan saat lari pagi pun kita bisa mendapatkan cerita lain yang sebetulnya tidak berhubungan sama sekali. Saat lari pagi kita bisa saja mendapat sebuah wedding invitation dari seseorang yang benar-benar kita cintai, cinta pertama. Dan, itulah yang terjadi. Seketika kaki ini seakan tidak dapat digerakkan, leher tak mampu menopang kepala, dan badan seakan sangat kelelahan seperti telah memikul tiga karung beras secara sekaligus.

Hingga pada akhirnya janji itu disebutkan, diutarakan, dan diceritakan kepada orang-orang terdekat yang membantu menolong di perjalanan pulang saat berlari itu. Lari itu terhenti, yang bisa dilakukan hanya duduk terkulai lemas. Isi janji itu memiliki esensi yang cukup dalam, karena ada penentuan mengenai langkah setelah itu.

“Aku akan terus berharap, sampai harapan ini mati. Aku akan terus menunggu, sampai terjawab semuanya. Aku akan terus terus dan terus mengusahakan agar dia lah wanita itu, wanita disampingku. Berapa lama aku berharap, berapa lama aku menunggu, selama itu pula lah aku tidak akan menikahi wanita manapun. Sampai akhirnya, aku.. atau pria lain itu yang akan dinikahinya." Seperti itu.

Kini, tepat minggu depan semenjak tulisan ini dibuat.. adalah sebuah peristiwa dimana harapan itu mati, waktu menunggu itu telah habis, dan cerita tentang itu telah menemui akhir.

Terima kasih, begitu banyak pelajaran yang didapat. Meskipun hubungan pada waktu itu tidak lebih lama dibanding penantiannya. Tidak perlu menyalahkan apa-apa, kesempatan itu tidak pernah ada.



I hope you'll get a better life, my first..
 
 
Blogger Templates