Social Icons

Pages

Tuesday, April 20, 2010

Pengabdian yang Disertai Kesederhanaan

Melenyap sekejap dari sebuah fikiran yang terus mengisi otakku, serta mengandalkan sedikit intuisi yang memang selalu dibutuhkan di berbagai aktivitas. Semua seakan nyata di ruangan tertutup itu, meski hanya selintas terdengar suara-suara berbisik dari orang-orang yang berada di ruangan itu.
Merebahkan tubuh ini begitu mahal rasanya ketika semua aktivitas tidak dirasakan dengan berlebih, lalu bisa menemukan waktu yang bisa menenangkan seluruh fikiran. Seluruh isi dari ruangan itu kutatap, tak terkecuali dengan orang-orang yang ada saat itu, tak terdengar jelas ucapan dari mulut mereka, karena menurutku tidak semua ucapan itu adalah penting, meskipun sedikit naif untuk menyadari hal ini, karena jika didengarkan dengan baik, itu semua merupakan informasi yang sangat penting, namun perhatianku tidak tertuju kesana.
Hingga aku sendiri tertegun dengan percakapan yang kudengar, tentang kesederhanaan seseorang, dengan kemampuan yang terbatas, namun ia bisa memanfaatkan seluruh waktunya untuk berarti bagi orang lain, dan tidak mengharapkan apa-apa dari apa yang telah ia lakukan, murni atas pengabdian seseorang dengan perasaan yang ia rasa.
Mengurus seseorang bukanlah hal yang sangat mudah, mengingat itu adalah orang lain, bukan anggota keluarga sendiri, dan ia mengabdi kepada seorang kakek-kakek yang telah lanjut usia, yang waktu itu sedang berbaring di ruangan Rumah Sakit, dan tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan mengucapkan sebuah kata pun kakek itu tak sanggup, tetapi wanita itu tetap setia mengurusnya, bahkan suster Rumah Sakit itu pun kalah dengan pelayanan dan pengabdian darinya.
Keluarga dari sang kakek menyarankan agar wanita itu kembali ke Panti tempat dimana ia berasal, karena memang Dokter Rumah Sakit pun sudah tidak menyanggupi untuk menanggulangi penyakit kakek itu, namun wanita itu menolak dengan nada yang lembut, lalu mengucapkan beberapa kalimat, "saya tidak akan pulang dulu, nanti saja, saya sayang sama kakek. Saya akan pulang kalau kakek "pulang".
Aku tertegun mendengar semua kata-kata itu, mengingat wanita itu bukanlah siapa-siapa bagi keluarga sang kakek, hanya seorang pekerja yang ditugaskan mengurus kakek keluarga itu. Tetapi kesederhanaan dan pengabdian yang diberikan begitu besarnya, hingga ia rela menghabiskan banyak waktunya untuk mengurus kakek itu.
Mataku berkaca-kaca setelah kalimat itu terucap, aku berfikir di dunia ini masih banyak orang-orang yang baik, orang-orang yang perduli terhadap orang lain, orang yang kurang mampu tetapi bisa memperkaya dirinya dengan memberi arti dan pengabdian. Bertolak belakang sekali dengan realita yang ada di kota-kota besar, termasuk kota yang aku singgahi sekarang, tempat dimana aku dilahirkan.
Fenomena ini begitu membuat aku tersadar akan banyak hal, dan mempertegas bahwa materi bukanlah segalanya, kebutuhan tidaklah selalu menjadi tuntutan, dan dengan kesederhanaan, hal sekecil apapun bisa menjadi sebuah hal yang sangat besar.
Semoga saja kedepannya aku dapat bertemu lagi dengan fenomena-fenomena seperti ini, dan bahkan aku sendiri yang membuat fenomena itu.

Semoga saja ..

No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates