Tak pernah terpikir sebelumnya, bahwasanya perjalanan
seseorang ada pada tahap pemberhentian. Tak terlepas tujuan itu sudah
terselesaikan, atau terlupakan seiring waktu yang semakin hari semakin tak
terasa berlalunya. Entah ujung jalan itu tergambar seperti apa, yang jelas
setiap insan memiliki sebuah pencapaian dalam perjalanannya itu. Dan aku selalu
meyakini bahwa sebuah kesederhanaan akan jauh lebih bermakna.
Semangat itu fluktuatif, semangat itu tidak menentu. Dan terkadang
semangat yang menggebu-gebu akan mengalami penurunan secara bertahap. Kondisi yang
membuat kita dapat selalu membuka mata agar lebih realistis dalam menjalani
segala sesuatunya.
Ada cerita, tentang seorang wanita luar biasa yang memiliki
semangat juang besar dalam hidupnya, yang terus bertahan melawan penyakit yang
sedang dideritanya, Mama. Sekitar 8 tahun lebih beliau seakan berperang melawan
sakitnya. Diabetes menurut catatan medis. Hanya saja keadaan ini semakin
diperparah dengan komplikasi pada organ-organ dalam yang lainnya, yang juga
disebabkan oleh diabetes itu sendiri karena penyakit ini menggerogoti
organ-organ dalam siapapun pengidapnya.
Semangat itu tak pernah surut, meski pada kenyataannya entah
berapa kali beliau harus keluar masuk rumah sakit pada tahun 2012, tidak
terhitung.
Ada yang begitu mencengangkan, ketika membaca sebuah pesan
dari kakak yang sedang menjaga beliau. Kakak mengabarkan bahwa kondisi Mama semakin
memburuk setelah sekitar 2 minggu yang lalu keluar dari rumah sakit. Kakak memberitahu
bahwa sekarang Mama mengalami sesak nafas, dan selalu mengeluhkan kesulitan
dalam bernafas. Dan begitu kaget bahwa beliau meminta maaf kepada Apih (Ayah)
dan juga semua anak-anaknya, beliau juga meminta semua anak-anaknya agar
berkumpul dirumahnya karena beliau merasa waktu nya sudah semakin dekat...
Entah ini apa, pertanda apa. Aneh rasanya mendengar Mama
seakan sudah tidak semangat lagi, biasanya beliau bukan hanya bersemangat tapi
juga bisa memberikan motivasi kepada semua anak-anaknya, luar biasa bukan?
Apapun itu, apapun yang terjadi. Aku hanya berharap kondisi
Mama akan terus membaik, secepatnya. Menyesal
rasanya ketika menerima kenyataan bahwa aku sendiri belum dapat menjadi seorang
anak yang membanggakan, yang membalas segala jasa-jasanya, membahagiakannya
terutama. Meskipun usaha untuk mencapai itu tidak pernah berhenti. Ada hal yang
mengganjal, ketika merasa bahwa selama ini aku hanya bisa menyusahkan beliau
saja.
Tangisanku tak dapat tertahan, ketika mendengar bahwa Mama
hanya menginginkan anak-anaknya berkumpul. Dengan segala yang dideritanya,
beliau masih menunjukkan bahwa kesederhanaan itu jauh lebih bermakna. Terima kasih,
Mama...
No comments:
Post a Comment